Rumah Jual – Pemerintah Kabupaten Lombok Barat mulai mengerjakan proyek renovasi Lampu Penerangan Jalan Umum (LPJU) di kawasan Senggigi. Proyek ini menelan anggaran hingga Rp 1 miliar. Mereka mengganti seluruh tiang lama dengan material baru, memasang lampu LED hemat energi, dan merapikan jaringan bawah tanah. Tujuannya jelas: menciptakan kawasan wisata malam yang aman dan terang. Selain itu, proyek ini menunjukkan komitmen pemerintah terhadap pengembangan destinasi unggulan. Mereka menargetkan penyelesaian proyek pada akhir Juli 2025.
“Baca Juga : Manfaat Kerajinan Tangan Untuk Anak, Jalan Masuk Menuju Dunia Kreatif”
Pemerintah memilih lampu LED karena lebih terang dan efisien. Lampu-lampu tersebut langsung memberi efek visual pada malam pertama pemasangan. Banyak pengendara merasa lebih nyaman saat melintasi jalur utama Senggigi. Beberapa wisatawan juga tampak betah berjalan kaki di trotoar yang kini terlihat jelas. Bahkan, pelaku UMKM langsung memanfaatkan situasi dengan membuka lapak di malam hari. Mereka melihat peluang dari peningkatan arus pengunjung.
Renovasi ini memberi efek domino pada sektor ekonomi lokal. Warung makan, toko oleh-oleh, dan kafe di sekitar jalan utama mengalami lonjakan pembeli. Banyak pemilik usaha memperpanjang jam operasional mereka. Beberapa hotel mencatat peningkatan okupansi karena tamu merasa akses malam lebih aman. Selain itu, pedagang kecil mulai kembali berjualan setelah lama tutup karena minimnya pencahayaan. Aktivitas warga pun meningkat signifikan sejak proyek berjalan.
“Simak juga: Desain Open Plan Agatha Suci: Antara Estetika dan Fungsi”
Respon warga terhadap proyek ini sangat positif. Mereka merasa pemerintah benar-benar memperhatikan kebutuhan dasar masyarakat. Di sisi lain, wisatawan asing mulai menyebut Senggigi sebagai tempat yang ideal untuk berlibur malam hari. Banyak yang memotret jalan dan lampu malam untuk dibagikan ke media sosial. Anak-anak muda juga aktif membuat konten malam hari di area tersebut. Jadi, suasana Senggigi kini tidak hanya hidup di siang hari, tapi juga saat matahari terbenam.
Pihak pelaksana memasang sistem smart lighting yang berbasis sensor. Lampu menyala otomatis saat cahaya sekitar mulai redup. Bila lalu lintas pejalan kaki atau kendaraan menurun, sistem akan meredupkan intensitas cahaya. Sebaliknya, jika aktivitas meningkat, lampu langsung kembali terang. Pemerintah juga memilih kabel tanam untuk menghindari bahaya korsleting dan tampilan yang berantakan. Dengan sistem ini, mereka berharap bisa menekan konsumsi listrik hingga 30%.
Dinas terkait telah menyusun jadwal perawatan rutin setiap tiga bulan. Tim teknis akan mengecek kondisi fisik lampu, kabel, dan tiang secara menyeluruh. Mereka juga membuka kanal pelaporan masyarakat melalui aplikasi resmi pemkab. Jika warga melihat lampu padam atau rusak, mereka bisa langsung melaporkan lewat ponsel. Langkah ini mempercepat respon dan memperkuat rasa percaya publik. Pemerintah ingin menjadikan proyek ini sebagai contoh tata kota cerdas yang berkelanjutan.